welcome

Selasa, 19 Oktober 2010

Tumor Otak


BAB I
PENDAHULUAN

Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan yang abnormal di dalam otak. Yang terdiri atas Tumor otak benigna dan maligna. Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak, tetapi tidak ganas, sedangkan tumor otak maligna adalah kanker di dalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya atau yang telah menyebar (metastase) ke otak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah. Tumor otak dibagi menjadi dua tipe yaitu tumor primer dan sekunder. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari dalam otak sendiri. Bisa berasal dari astrosit, oligodendrosit, ependimosit, fibroblast arakhnoidal, neuroblas-meduloblas. Sedangkan tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari karsinoma metastasis yang terjadi di bagian tubuh lainnya, contohnya yang paling sering adalah yang berasal dari tumor paru-paru pada pria dan tumor payudara pada wanita.
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh, dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan. Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun. Insidens tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per 100.000 populasi per tahun. Dimana tumor otak primer tersebut kira-kira 41% adalah glioma, 17% meningioma, 13% adenoma hipofisis dan 12% neurilemoma. Pada orang dewasa 60% terletak supratentorial sedang pada anak 70% terletak infratentorial.
Pada anak yang paling sering ditemukan adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma, sedangkan pada dewasa adalah glioblastoma multiforme. Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosis tumor otak apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, invasi dan destruksi dari jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak. Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan tumor benigna dan maligna.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


II.1 ANATOMI – HISTOLOGI OTAK
        Otak, merupakan merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang terletak di cavum cranii, otak dibentuk oleh cavum neuralis yang membentuk 3 gelembung embrionik primer, yaitu prosenchephalon, mesensephalon, rhombhencephalon, untuk selanjutnya berkembang membentuk 5 gelombang embrionik sekunder, yaitu telencephalon, dienchephalon, mesencephalon, metenchepalon, dan myelencephalon. Telencephalon membentuk Hemispaherum cerebri, corteks cerebri. Diencephalon membentuk epithalamus, thalamus, hipothalamus, subthalamus, dan methatalamus. Didalam diencephalon terdapat rongga; vebtriculus tertius yang berhubungan dengan ventriculus lateralis melalui foramen interventriculare (Monroi).Mesencephalon membentuk corpora quadgemina dan crura cerebri, dalam mesencephalon terdapat kanal sempit aquaductus sylvii yang menghubungkan ventriculus tertius dengan ventriculus quartus. Metencephalon membentuk cerebellum dan pons, sedangkan Myelencephalon membentuk medulla oblongata.
            Berat otak saat lahir 350 gram, dan berkembang hingga saat dewasa seberat 1400-1500 gram.
            Otak di bungkus oleh meninges yang terdiri dari 3 lapis. Di dalam otak terdapat rongga : systerna ventricularis yang berisi liquors erebrospinalis yang lanjut ke rongga antar meninges, cavum subarachnoidea. Fungsi utama liquorserebrospinalis yaitu melindungi dan mendukung otak dari benturan.
     Hemisphaerum cerebri jumlahnya sepasang, dipisah secara tidak sempurna oleh fissura longitudinalis superior dan falx serebri, belahan kiri dan kanan dihubungkan oleh corpus callosum. Hemisphaerum cerebri dibentuk oleh cortex cerebri, substantia alba, ganglia basalis, dan serabut saraf penghubung yang dibentuk oleh axon dan dendrit setiap sel saraf.
            Cortex cerebri terdiri dari selapis tipis substantia grissea yang melapisis permukaan hemisphaerum cerebri. Permukaannya memiliki banyak sulci dan gyri, sehingga memperbanyak jumlah selnya.diperkirakan terdapat 10 milyar sel saraf yang ada pada cortex cerebri.
            Hemispaerum cerebri memiliki 6 lobus; lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus occipitalis, lobus insularis dan lobus limbik. Lobus frontalis, mulai dari sulcus sentralis sampai kapolus centralis, terdiri dari gyrus precentralis, girus frontalis superior, girus frontalis media, girus frontalis inferior,girus recrus, dirus orbitalis, dan lobulus paracentralis superior. Lobus parietalis, mulai dari sulcus centralis menuju lobus occipitalis dan cranialis dari lobus temporalis, terdiri dari girus post centralis, lobulus parietalis superior,dan  lobulus parietalis inferior-inferior-posterior. Lobus temporalis, terletak antara polus temporalis dan polus occipitalis dibawah sulcus lateralis. Lobus occipitalis terletak antara sulcus parieto occipital dengan sulcus preoccipitalis, memiliki dua bangunan, cuneus dan girus lingualis. Lobus insularis, tertanam dalam sulcus lateralis. Lobus limbik, berbentuk huruf C dab terletak pada dataran medial hemisfer cerebri.
Lobus oksipitalis yang terletak di sebelah posterior (di belakang kepala) bertanggungjawab untuk pengolahan awal masukan penglihatan. Sensasi suara mula-mula diterima oleh lobus temporalis, yang terletak di sebelah lateral (di sisi kepala)
Lobus parietalis terutama bertanggungjawab untuk menerima dan mengolah masukan sensorik seperti sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri dari permukaan tubuh. Sensasi-sensasi ini secara kolektif dikenal sebagai sensasi  somestetik (perasaan tubuh). Lobus parietal juga merasakan kesadaran megenai posisi tubuh, suatu fenomena yang disebut propriosepsi.
Kesadaran sederhana mengenai sentuhan, tekanan, atau suhu dideteksi oleh thalamus, tingkat otak yang lebih rendah. Thalamus membuat anda sadar bahwa sesuatu yang panas versus sesuatu yang dingin sedang menyentuh badan anda, tetapi tidak memberitahu dimana atau seberapa besar intentitasnya.
Lobus frontalis bertanggungjawab terhadap tiga fungsi utama: (1) aktivitas motorik volunteer (2) kemampuan berbicara (3) elaborasi pikiran. Daerah di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis akhir di neuron-neuron motorik eferen yang mencetuskan kontraksi otot rangka.
Area Broca yang betanggungjawab untuk kemampuan berbicara, terletak di lobus frontalis kiri dan berkaitan erat dengan daerah motorik korteks yang mengontrol otot-otot penting untuk artikulasi.
Daerah Wernicke yang terletak di korteks kiri pada pertemuan lobus-lobus parietalis, temporalis, dan oksipitalis berhubungan dengan pemahaman bahasa. Daerah ini berperan penting dalam pemahaman bahasa baik tertulis maupun lisan. Selain itu, daerah ini bertanggung jawab untuk memformulasikan pola pembicaraan koheren yang disalurkan melalui seberkas saraf ke daerah Broca, kemudian mengontrol artikulasi pembicaraan.
Daerah motorik, sensorik, dan bahasa menyusun hanya sekitar separuh dari luas korteks serebrum keseluruhan. Daerah sisanya, yang disebut daerah asosiasi berperan dalam fungsi yang lebih tinggi (fungsi luhur).
Korteks asosiasi prafrontalis adalah bagian depan dari lobus frontalis tepat di anterior korteks motorik. Peran sebagai: (1) perencanaan aktivitas volunteer (2) pertimbangan konsekuensi-konsekuensi tindakan mendatang dan penentuan pilihan (3) sifat-sifat kepribadian.
Korteks asosiasi parietalis-temporalis-oksipitalis dijumpai pada peetemuan ketiga lobus. Di lokasi ini dikumpulkan dan diintegrasikan sensasi-sensasi somatic, auditorik, dan visual yang berasal dari ketiga lobus untuk pengolahan persepsi yang kompleks.
Korteks asosiasi limbic di bawah dan dalam antara kedua lobus temporal. Daerah ini berkaitan dengan motivasi dan emosi. 
        Pembentuk susunan saraf pusat adalah neuron yang jumlahnya mencapai 100 milyar, didukung oleh sel glia yang jumlahnya 10 kali lipat dari neuron. Setiap neuron memiliki tonjolan panjang , akson yang berfungsi membawa informasi keluar dari neuron (serabut eferen). Selain itu terdapat tonjolan pendek, dendrit yang berfungsi membawa informasi menuju neuron (serabut aferen)
        Sel glia, atau neoroglia (hanya berada pada susunan saraf pusat) berfungsi untuk menyangga dan dukungan metabolik terhadap neuron. Ada 2 macam sel glia; makroglia dan microglia. Mikroglia berfungsi sebagai sel fagosit yang sangat besar jika terjadi infeksi atau kerusakan pada susunan saraf, sedangkan makroglia berfungsi sebagai penyangga dan fungsi nutritif. Mikroglia ada 4 macam, yaitu Oligodendroglia, sel schwann, sel astrosit, dan sel ependyma. Bersama-sama mereka dipandang sebagai suatu sistem yang dinamik bermakna fungsional dalam pertukaran metabolik antara neuron sistem saraf pusat lingkungannya. Terdapat tiga jenis sel glia, mikroglia, oligodendroglia, dan astrosit. Mikroglia secara embriologis berasal dari lapisan mesodermal sehingga  pada umumnya tidak diklasifikasikan sebagi sel glia sejati. Mikroglia memasuki  SSP melalui sistem pembuluh darah dan berfungsi sebagai fagosit, membersihkan debris dan melawan infeksi.
Astrosit
     Astrosit merupakan neuroglia terbesar, berbentuk bintang , berinti besar, bulat atau lonjong, sitoplasmanya mengandung banyak ribosom dan nukleoli tidak jelas. Astrosit protoplasma terutama terdapat dalam substantia grissea otak dan medulla spinalis, sedangkan astrosit fibrosa terutama dalam substantia alba. Karena banyaknya prosesproses sitoplasma yang luar, astrosit penting sebagai struktur penyokong dan struktural dalam SSP. Fungsi astrosit masih diteliti;bukti-bukti memperlihatkan bahwa sel-sel ini mungkin berperan dalam menghantarkan impuls dan transmisi sinaptik dari neuron dan bertindak sebagai saluran penghubung antara pembuluh darah dan neuron
Oligodendrosit
     Disebut juga oligodendroglia, lebih kecil dari astrosit dengan cabang-cabang yang lebih pendek dan jumlahnya lebih sedikit. Intinya kecil, lonjong, sitoplasma lebih padat dengan ribosom bebas dan terikat dalam jumlah besar. Oligodendrosit terutama terdapat dalam 2 lokasi, di dalam substansia grissea dan di antara berkas-berkas akson di dalam substantia alba. Lainnya terletak dalam posisi perivascular  sekitar pembuluh darah.  Oligodendroglia dan astrosit merupakan neuroglia sejati dan berasal dari lapisan embrional ektodermal (sama seperti neuron). Oligodendroglia berperan dalam pembentukan myelin.
Sel Ependim
Sel ependim berasal dari lapisan dalam tabung neuralis dan mempertahankan susunan epitel mereka . sel ependim melapisi rongga otak dan medulla spinalis dan terendam dalam cairan serebrospinal uang mengisi rongga-rongga ini. Meskipin ujung apikal sel ependim melapisi rongga tersebut, namun dasarnya tidak seragam dan terdiri dari procesus panjang yang meluas dari pusat otak ke jaringan penyambung perifer, akibatnya procesus sel ependim berjalan di antara unsur saraf dan merupakan matriks penyokong yang mirip dengan sel glia lainnya.
Sel schwann
Sel schwann membungkus semua serat saraf dari susunan saraf perifer, dan meluas sampai perlekatannya masuk atau keluar dari perlekatannya di medulla spinalis dan batang otak sampai ke ujungnya. Sel swhann memperlihatkan inti yang heterochromatik, biasanya gepeng, dan terdapar di tengah sel dengan banyak mitokondria, mikrotubul dan mikrofilamen.



II.2 DEFINISI
Tumor adalah adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
Tumor otak adalah suatu pertumbuhan jaringan  abnormal di dalam otak merupakan penyakit yang menyerang otak manusia, yang merupakan pusat kendali dari tubuh manusia, sehingga tumor otak pada umum nya dapat mengganggu fungsi organ tubuh lain bahkan dapat menyebabkan kematian. Tumor otak dapat bersifat benigna dan maligna.
Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang) bersifat jinak maupun ganas, dan timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan otak dan jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik. Metastasis otak ditandai oleh keganasan sistemik dari kanker paru, payudara, melanoma, limfoma dan kolon. Tumor otak dapat terjadi pada semua usia; dapat terjadi pada anak kurang dari 10 tahun, tetapi paling sering terjadi pada dewasa usia  dekade kelima dan enam. Pasien yang bertahan dari tumor otak ganas jumlahnya tidak berubah banyak selama 20 tahun terakhir.
II.3 ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1.    Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2.    Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3.    Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4.    Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5.    Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

II.4 KLASIFIKASI
Tumor otak memiliki banyak klasifikasi, klasifikasi yang mungkin paling banyak dipahami adalah Klasifikasi Kernahan dan Sayre karena tumor diberi nama sesuai dengan sama sel yang terserang, baik sel pada susunan saraf orang dewasa, pada pembuluh darah,  maupun pada gangguan perkembangan  (kongenital) . Stadium keganasannya diberi derajat I-IV ( IV adalah yang paling ganas).


Tabel I. Klasifikasi tumor  otak.
TUMOR
PRESENTASE
Glioma
    Astrositoma derajat I
    Astrositoma derajat II
    Astrositoma derajat III
    (glioblastoma multiform)
    Medulloblastoma
    Oligodendroglioma
    Ependimoma derajat I-I
40-50%
5-10%
2-5%
20-30%

3-5%
1-4%
1-3%

Meningioma
12-20%
Tumor Hipofisis
5-15%
Neurolemoma T.U NVIII
3-10%
Tumor metastatik
5-10%
Tumor pembuluh darah
     Malformasi arteriovenosa,
     Hemangioblastoma,
     Endotelioma
0.5-1%
Tumor defek perkembangan
     Kista dermoid, epidermoid,
     Teratoma, Kordoma,
     Parafiseal
2-3%
Kraniofaringioma
3-8%
Pinealoma
0.5-0.8%
Lain-lain
    Sarkoma, papilloma plexus
    choroideus, lipoma,
    tidak terklasifikasi
1-3%

1.      Glioma
Jumlah glioma adalah sekitar 40-50% dari tumor otak. Glioma dikelompokkan berdasarkan asal embriologis. Pada orang dewasa sel neuroglia sistem saraf pusat berfungsi untuk memperbaiki, menyokong dan melindungi sel-sel saraf yang lunak. Glioma terdiri dari jaringan penyambung dan sel-sel penyokong. Neuroglia mempunyai kemampuan untuk terus membelah selama hidup. Sel-sel glia berkumpul membentuk parut sikatriks padat dibagian otak dimana neuron menghilang  oleh karena cedera atau penyakit.  Tumor glia merupakan penyebab dari hampir separuh tumor otak pada anak. Sebagian besar tumor glia pediatrik merupakan tumor derajat rendah yang paling sering terletak di fossa posterior dan regio diensefalon. 

2.      Astrositoma
Astrositoma sering menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam berbagai ukuran.walaupun menginfiltrasi bagian otak namun efeknya pada fungsi otak hanya sedikit sekali pada permulaan penyakit.  Pada umumnya astrositoma tidak bersifat ganas, walaupun dapat mengalami perubahan keganasan berupa glioblastoma, yaitu suatu astrositoma yang sangat ganas.tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu penderita sering tidak datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun. Astrositoma derajat I memperlihatkan gambaran astrosit yang tidak banyak berbeda dengan astrosit normal, hanya saja jumlahnya berbeda, sehingga kepadatannya dalam suatu daerah menonjol. Astrositoma derajat II,III, dan IV secara berturut-turut memperlihatkan segi-segi keganasan yang meningkat. Astrositoma derajat III menggambarkan gambaran histologik yang sudah mitotik, infiltratif dan ekspansif sehingga banyak necrosis dan hemoragik terjadi. Apalagi astrositoma derajat IV, berbagai jenis sel dalam tahap mitosis dijumpai baik dalam formasi yang khas, maupun yang tersebar secara tidak teratur dengan banyak nekrosis dan hemoragi.maka astrositoma derajat III dan IV diberi nama tersendiri yaitu Glioblastoma multiform. Sampai timbul gejala ( misal: serangan epilepsi maupun nyeri kepala. Eksisi bedah lengkap pada umumnya tidak dapat dilakukan karena tumor bersifat invasif, tapi bersifat residif terhadap radiasi.

3.      Glioblastoma multiform
Glioblastoma multiform adalah jenis gliom ayang paling ganas. Tumor ini memiliki kecepatan pertumbuhan yang sangat tinggi. Dan eksisi bedah yang lengkap tidak ungkin dilakukan. Harapan hidup pada umumnya sekitar 12 bulan. Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi predileksi utamanya adalah lobus frontalis. dan sering menyebar ke sisi kontralateral melalui korpus kalosum.

4.      Oligodendroglioma
Oligodendroglioma merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma, tetapi terdiri dari sel-sel oligodendroglia. Tumor relatif avaskular dan cenderung mengalami kalsifikasi; biasanya dijumpai pada hemisfer otak dewasa muda. Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang timbul hingga 10 tahun, secara klinis bersifat agresif, dan menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan intrakranial.di dalam daerahnya terdapat kista, perkapuran dan hemoragi.
          Oligodendroglioma merupakan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif. Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan adalah melfalan, thiotep, temozolomide, paklitaksel ( taxol) dan regimen berdasar platinum. Diyakini bahwa sel neoplasma dari oligodendroglia rentan terhadap efek alkilasi dari kemoterapi sitotoksik. Penjelasan yang lebih lengkap masih menunggu hasil dari penelitian genetik lebih lanjut.
5.      Ependimoma
Ependimoma adalah tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim yang menutupi ventrikel, paling sering terjadi pada fossa posterior, tetapi dapat terjadi dari setiap bagian fossa ventrikularis. Tumor ini lebih sering terjadi ada anak maupun orang dewasa. Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomis tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk prognosisnya (biasanya terlihat pada usia anak kurang dari 7 tahun) alasan prognosis yang buruk msih belum diketahui. Diyakini bahwa tumor embrional pada anak berbeda dari tumor pada dewasa dan semakin imatur jaringan tumor pada anak menyebabkan makin agresifnya sifat tumor yang memperburuk prognosisnya (Spagolli,2000). penderita tumor yang terletak pada dasar dan atap ventrikel dapat direseksi secara sempurna daripada penderita tumor di processus lateralis. Perbedaan ini darena dasar dan atap tumor cenderung menginfiltrasi struktur pedunculus cerebri dan pons sehingga menyebabkan tidak mungkin dilakukan pengangkatan sempurna.pengobatan radiasi dilakukan pasca operasi, kecuali pada anak usia kurang dari 3 tahun yang menjalani kemoterapi.

II.5 DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti, adapun pemeriksaan penunjang yang dapat membantu yaitu CT-Scan dan MRI. Dari anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas.
Gejala Klinik Umum
Gejala umum timbul karena peningkatan tekanan intrakranial atau akibat infiltrasi difus dari tumor. Gejala yang paling sering adalah sakit kepala, perubahan status mental, kejang, nyeri kepala hebat, papil edema, mual dan muntah. Tumor maligna (ganas) menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor benigna (jinak). Tumor pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis, dan pada mulanya hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dulu baru kemudian memberikan gejala umum.



      Gangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial yang meninggi
                                    Peningkatan tekanan intrakranial yang progresif menimbulkan gangguan kesadaran dan manifestasi disfungsi batang otak yang dinamakan sindrom uncus, atau sindrom kompresi diencephalon, sindrom komresi sentral rostrokaudal, dan herniasi cerebellum ke foramen magnum. Gejala umum tekanan intrakranial yang meninggi terdiri dari sakit kepala, muntah dan kejang, gangguan mental dan perasaan abnormal di kepala.
            Sakit kepala, merupakan gejala umum yang dapt dirasakan pada setiap tahap tumor intrakranial. Sifat sakit nyeri berdengyt atau rasa penuh dikepala. Nyerinya paling hebat pada pagi hari karena pada tidur malam PCO2 serebral meningkat sehingga mengakibatkan peningkatan CBF dan dengan demikian mempertinggi lagi tekanan intrakranial. Juga lonjakan tekanan intrakranial sejenak karena batuk, mengejan atau berbangkis memperberat nyeri kepala. Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20% dari para penderita.
            Muntah. Juga gejala muntah sering timbul pada pagi hari setelah bangun tidur. Hal ini disebabkan oleh tekanan intrakranial nyang menjadi lebih tinggi selama tidur malam.sifat muntah penderita dengan tekanan intrakranial yang meninggi adalah khas yaitu proyektil atau muncrat dan tidak didahului oleh mual.
Kejang lokal. Dapat merupakan manifestasi pertama tumor intrakranial pada 15% penderita. Kejang umum dapat timbul sebagai manifestasi tekanan intrakranial yang melonjak secara cepat terutama bagi manifestasi glioblastoma multiform. Kejang tonik yang sesuai dengan serangan rigiditas deserebrasi biasanya timbul pada tumor fossa franii posterior dan secara tidak tepat dinamakan cereberal fits.
Gangguan mental. Tumor serebri dapat mengakibatkan dementia, apatia, gangguan watak dan intelegensia, bahkan psikosis tidak peduli lokasinya.
Perasaan abnormal di kepala. Banyak penderita tumor intrakranial merasakan berbagai macam perasaan yang samar seperti enteng di kepala, pusing, atau tujuh keliling.mungkin sekali perasaan itu timbul sehubungan dengan adanya tekanan intrakranial yang meninggi karena samarnya maka kebanyakan dari keluhan semacam itu tidak dihiraukan oleh si pemeriksa dan seringkali dianggap sebagai keluhan fungsional.

Tanda lokalisatorik yang menyesatkan
Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai dengan fungsi tempat yang didudukinya. Manifestasi semacam itu dinamakan tanda-tanda lokalisatorik yang menyesatkan. Tanda tersebut adalah;
Kelumpuhan saraf otak. Karena desakan tumor saraf otak dapat tertarik atau tertekan. Desakan itu tidak usah langsung terhadap saraf otak.
Refleks patologik. Reflek patologik yang positif di kedua sisi dapat ditemukan pada penderita dengan tumor yang didalam salah satu hemisferium saja..Fenomen ini dapat di jelaskan oleh adanaaya penggeseran mesensefalon ke sisi kontralateral itu mengalami kompresi dan reflek patologis pada sisi tumor menjadi positif  karena kerusakan pada jaras kortikospinalis di tempat yang diduduki tumornya sendiri.
Gangguan mental. Dapat timbul pada setiap penderita dengan tumor intrakranoal yang berlokasi dimanapun. 
Gangguan endokrin. Dapat juga timbul karena proses desak ruang di daerah hipofisis. Desakan dari jauh dan pergeseran tumor tak langsung di ruang supratentorial dapat mengganggu juga fungsi hipofisis dan hipothalamus.
Ensefalomalasia. Akibat kompresi arteri serebral oleh suatu tumor dapat terjadi di daerah yang agak jauh dari tempat tumor sendiri, sehingga segala defisit yang timbul misalnya hemianopsia atau afasia, tidak dapat dianggap sebagai tanda lokalisatorik.

Tanda-tanda lokalisatorik yang benar atau simptom fokal
                        Neoplasma serebral yang tumbuh di daerah fungsional yang khas membangkitkan defisit serebral tertentu sebelum manifestasi hipertensi intrakranial menjadi suatu kenyataan. Adapun defisit serebral itu adalah monoparese, hemiparese, hemiapsia, afasia, anosmia, dan seterusnya. Dalam hal tersebut gejala dan tanda diatas mempunyai arti lokalosatorik, tetapi bilamana tekanan intrakranial sudah cukup tinggi dan membangkitkan berbagai gejala dan tanda maka, hemiparesis yang bangkit atau afasia yang baru muncul tidak mempunyai arti lokalisatorik. Seringkali gejala atau tanda dini luput dihargai sebagai tanda lokalisatorik, karena proses desakan ruang belum difikirkan. Baru setelah manifestasi tekanan intrakranial yang meninggi muncul. Tanda atau gejala itu dikenal secara retrospektif sebagai tanda lokalisatotik.

Tanda tanda fisik diagnostik pada tumor intrakranial
Papiledema. Dapat timbul pada tekanan intrakranial yang meninggi. Atau akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung.papil edema tidak mempunyai hubungan dengan lamanya tekanan intrakranial yang meninggi. Bilamana tekanan intrakranial melonjak secara cepat, maka papil edema menunjukkan kongesti venosa yang jelas.dengan papil yang berwarna merah tua dan perdarahan-perdarahan di sekitanya.
Hipertensi intrakranial. Mengakibatkan iskemia dan gangguan kepada pusat-pusat vasomotorik serebral, sehingga menimbulkan bradikardia dan tekanan darah sistemik yang meningkat secara progresif. Fenomena tersebut dapat dianggap sebagai mekanisme kompensatorik untuk menanggulangi keadaan iskemia.
Perubahan irama dan frekuensi nafas. Akibat melonjaknya tekanan intrakranial. Kompresi batang otak dari luar mempercepat pernafasan yang diselingi oleh pernafasan jenis cheyne-stokes. Kompresi sentral rostrokaudal terhadap batang otak menimbulkan pernafasan yang lambat namun dalam. Bagian –bagian tulang tengkorak dapat mengalami destruksi atau rangsangan, karena adanya suatu tumor yang berdekatan dengan tulang tengkorak.
Perubahan ukuran kepala. Pada anak-anak tekanan intrakranial yang meningkat dapat memperbesar ukuran kepala dengan teregangnya sutura. Pada perkusi terdengar bunyi kendi yang rengat.dan pada adanya tumor jaringan vaskular atau malformasi vaskular, auscultasi kepala dfapat menghasilkan dapat terdengarnya bising.
Tanda dan Gejala Menurut lokasi tumor :
1.    Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2.    Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
3.    Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawaan
4.    Lobus Oksipitalis
Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk geometri.
5.    Lobus temporalis
Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian, disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/ quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang sensoris
6. Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
Trias Klasik :
1.         Nyeri kepala
2.         Papil oedema
3.         Muntah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik :
1. Rontgent tengkorak anterior-posterior
2. EEG
3. CT Scan
4. MRI
5. Pemeriksaan cairan serebrospinal
6. Patologi anatomi
7. Angioserebral
CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya. Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur otak isekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada  waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.
Penilaian CT Scan pada tumor otak
·         Tanda proses desak ruang yaitu adanya pendorongan struktur garis tengah dan penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
·         Kelainan densitas pada lesi: hipodens, hiperdens atau kombinasi,
kalsifikasi, perdarahan
·         Udem perifokal
Foto polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
Pemeriksaan cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).




II.6  PENATALAKSANAAN
Pemilihan jenis terapi pada tumor otak tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
·           Kondisi umum penderita
·           Tersedianya alat yang lengkap
·           Pengertian penderita dan keluarganya
·           Luasnya metastasis.
Terapi yang dilakukan, meliputi Terapi steroid, pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
  1. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor.
  1. Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak dapat direseksi.
Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek masa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Berbagai studi melaporkan bahwa dengan tindakan reseksi komplit akan diperoleh ketahanan hidup yang makin lama, perbaikan pada defek neurologis yang lebih nyata. Peningkatan kemampuan ahli bedah saraf untuk melakukan pengangkatan total tumor menjadi lebih baik dengan kemajuan teknologi terutama di bidang pencitraan.
Dikalangan neuro-onkologi telah disepakati semua tumor otak primer dilakukan upaya pengambilan jaringan otak secara kraniotomi ataupun stereotactic needle biopsy. Kraniotomi dilakukan guna mengeluarkan jaringan tumor sebanyak-banyaknya kemudian dilakukan radioterapi tanpa/dengan kombinasi kemoterapi dosis rendah dan dilanjutkan dengan dosis penuh.
  1. Radioterapi
Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif.
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi. Sifat dan lokasi tumor otak seringkali menimbulkan proses desak ruang yang akan meningkatkan tekanan intrakranial, terlebih pada kasus metastasis tumor ganas pada intrakranial akan cepat menimbulkan edema serebri yang akan memperburuk tekanan intrakranial.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Perencanaan radiasi seperti 3-dimensional conformal theraphy, penggunaan multi leaf collimators dan IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy) merupakan metode radiasi yang saat ini digunakan dan masih terus dikembangkan.
Stereotactic Radiosurgery (SRS) merupakan metode radiasi yang bertujuan untuk memberikan dosis radiasi setinggi mungkin pada lesi jaringan otak dengan meminimalkan dosis yang diterima oleh jaringan sehat sekitar tumor. Digunakan alat leksel gamma knife yang menggunakan sumber radiasi Cobalt-60. metode radiasi lain menggunakan sumber radiasi sinar X pada alat Linier accelerator (Stereotactic Radiotheraphy, SRT). Selain berbeda pada sumber, metode pemberiannya juga berbeda. Pada SRS radiasi diberikan dalam fraksi tunggal mengingat perencanaan dan pelaksanaannya yang lebih rumit, hal ini berbeda dengan SRT dimana radiasi dapat diberikan dalam beberapa fraksi. Baik SRS maupun SRT, berkombinasi dengan radiasi eksterna seluruh otak, terbukti memberikan hasil yang efektif. Sebanyak 94% dan 73% tumor terkontrol pada bulan ke-13 dan 26. Disamping tumor otak SRS dilaporkan juga memberikan hasil yang baik dibandingkan dengan microsurgery pada kasus neuroma akustikus dalam hal timbulnya neuropati fasial dan trigeminus, lama perawatan, gangguan pendengaran serta kekambuhan. Lesi non maligna intrakranial lain yang tercatat dapat memberikan hasil pengobatan yang baik adalah arterio venous malvormation (AVM).
Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) merupakan pengembangan metode konformal yang menjamin akurasi radiasi. Di negara maju penggunaan peralatan ini sudah merupakan hal yang biasa namun karena penggunaannya belum lama maka pelaporan yang dipublikasikan belum banyak dan masih kontroversi. Sebagai pengembangan IMRT saat ini telah beredar dipasaran peralatan cyberknife, sebuah alat dengan dasar kerja kombinasi antara teknologi robotik dengan radiasi.
  1. Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.


  1. Kombinasi radio-kemoterapi
Kombinasi radio-kemoterapi mulai dikembangkan. Peningkatan ketahanan hidup selama 1 tahun sebanyak 10% dan 2 tahun sebanyak 8,6%. Nitrosourea (BCNU) merupakan regimen yang paling efektif.
II.7  DIAGNOSA BANDING
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
·         Abses intraserebral
·         Epidural hematom
·         Hipertensi intrakranial benigna
·         Meningitis kronik.
II.8  KOMPLIKASI
Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years survival) berkisar 30-40%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta.



BAB III
KESIMPULAN

III.1 KESIMPULAN
            Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.














BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

 Harsono, Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1999 : 201 – 207
Mahar, M., Proses Neoplasmatik di Susunan Saraf dalam Neurologi Klinis Dasar edisi 5, Dian Rakyat, Jakarta, 2000 : 390 – 402
Uddin,Jurnalis. Kerangka Umum Anatomi Susunan Saraf dalam Anatomi susunan saraf manusia. Langgeng sejati. Jakarta; 2001: 3-13
Price,Sylvia A.Tumor Sistem Saraf Pusat dalam Patofisiolosi edisi 6, EGC. Jakarta.2005. 1183-1189
Stephen,Huff. Brain neoplasms.Access on www.emedicine.com. February, 15th 2010
Informasi tentang Tumor Otak access on http://www.medicastore.com  February,16th 2010.
Syaiful  Saanin, dr,   Tumor intrakranial Access on www.angelfire.neurosurgery. February 16th 2010.
Japardi, Iskandar. Gambaran CT SCAN Pada Tumor Otak Benigna. Access on www.usudigitallibrary.com. February 16th 2010